Sudah
Jayakah Pendidikan Kita?
Oleh: WS
Triyana
Genap 50 tahun sudah kita memperingati hari pendidikan
nasional, jangka waktu yang sangat lama untuk menyambut momentum kejayaan
Indonesia melalui pendidikan. Namun, apakah di tahun ke-50 ini kita dapat menyambut momentum itu? Pendidikan yang
seperti apa yang dapat menjayakan Indonesia? Apa yang harus didekasikan untuk
pendidikan saat iini?
Pada tahun 2016 menurut data UNICEF ada sebanyak 2,5 juta
anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan, yakni sebanyak 600
ribu anak usia sekolah dasar, dan 1,9 juta anak usia sekolah menengah pertama
(SMP). Faktor-faktor penyebab putus sekolah di setiap daerah bervariasi, antara
lain yaitu kemiskinan penduduk, kesulitan menuju sekolah, kurangnya layanan pendidikan,
rendahnya motivasi orang tua dan siswa terhadap pendidikan, kurangnya dukungan
pemerintah daerah dan masyarakat terhadap pendidikan, serta faktor sosial
budaya. Fenomena putus sekolah tersebut terjadi pada jenis pendidikan formal
yang mayoritas diketahui masyarakat sebagai sekolah. Masyarakat masih
menganggap sekolah sebagai satu-satunya jalan untuk memperoleh pendidikan, di
sisi lain pemerintah mengatur pendidikan di Indonesia menjadi tiga jalur, yaitu
pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Pendidikan nonformal dilakukan di luar pendidikan formal
dan memiliki heterogen dalam sasaran pendidikan dimulai dari anak-anak sampai
lanjut usia (lansia). Pendidikan nonformal memiliki berbagai macam lembaga,
seperti BPKB (Badan Penyelenggara Kegiatan Belajar) dan SKB (Sanggar Kegiatan
Belajar) yang tersebar di Kabupaten. Pada penyebaran tingkat Kecamatan dan
Desa, lembaga nonformal memiliki lembaga seperti LPK (Lembaga Pelatihan Khusus)
dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
Menurut data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun
2018, jumlah PKBM di provinsi Banten berjumlah 301. Dalam pelaksanaannya,
program program PKBM tidak selalu berjalan dengan lancar/selalu ada kendala
seperti yang sudah diteliti oleh salahsatu mahasiswa UPI di salah satu PKBM
yang ada di citatah antara lain seperti tidak adanya tempat bertanya dirumah,
ajakan teman untuk bermain, kurangnya motivasi belajar, sarana dan prasarana
PKBM yang kurang memadai, serta kualifikasi tutor.
Tak dapat menafikkan, tidak
sedikit masyarakat yang tidak peduli terhadap pendidikan. Tak jarang kita temui
banyak orang dewasa yang bahkan tidak lulus sekolah dasar. Menyikapi hal
tersebut, kita sebagai mahasiswa harus memiliki kompetensi agar mampu
memberikan pendampingan yang mendidik dimasyarakat yang heterogen dengan
kondisi yang sangat dunamis, berubah ubah dengan skalanya sendiri. Sebagai
pegiat perubahan, harus ada langkah langkah konkret untuk membantu menurunkan
angka putus sekolah serta menumbuhkan semangat belajar.
Menurut Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Banten Engkos Kosasih Samanhudi, pada 2016,
pemerintah Banten menganggarkan bantuan peserta didik kurang mampu Rp 7,99
miliar untuk SMA dan Rp 4 miliar untuk SMK. Jumlah seluruhnya Rp 11,9 miliar,
yang diperuntukkan bagi 11.997 peserta didik SMA/SMK dengan nilai per peserta
didik Rp 1 juta per tahun. Engkos mengatakan, dalam Pasal 26 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 disebutkan standar kompetensi lulusan SMK ialah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Selain itu, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SMK menyebut, siswa menguasai
program keahlian dan kewirausahaan, baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja
maupun mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan jurusannya. (dilansir dari nasional tempo.co)
Namun apakah hal tersebut sesuai dengan
realitas dilapangan dimana masih banyak angka buta aksara, tidak meratanya
pendidikan, besarnya angka putus sekolah, revitalisasi pendidikan, serta
pasifnya peranan mahasiswa terhadap pendidikan masyarkat.
SUDAH JAYAKAH PENDIDIKAN KITA??
0 komentar:
Posting Komentar