Hubungan Pergaulan
Teman Sebaya Dengan Efektivitas dan Kondusivitas Pembelajaran Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar
Peserta Didik.
Oleh: Wandi Sugih
Triyana
NIM: 2221170023
ABSTRAK
Interaksi educatif merupakan suatu kebutuhan yang
mendasar bagi peserta didik sebagai makhluk sosial kemasyarakatan. Interaksi
inilah yang kemudian membuat peserta didik mudah bergaul dengan teman sebayanya
dalam koridor pembelajaran, meskipun dalam pelaksanaannya banyak variabel yang
tidak sesuai dengan harapan harapan yang dicanangkan sebagai tujuan
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurangnya filterisasi peserta didik
dalam memilah serta memilih pergaulan teman sebaya. Berdasarkan hasil
penelitian oleh Zuhaira Kusuma bahwa
ada pengaruh motivasi belajar dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi
belajar (89,5%). Motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar mata
pelajaran akuntansi (62,09%). Disiplin belajar berpengaruh terhadap prestasi
belajar mata pelajaran akuntansi (48,58%).
Relations
Association Peers With the Effectiveness of the Learning
Condusivitness And its Effects on the
Learning Achievements of
Students.
By: Wandi Sugih Triyana
NIM: 2221170023
ABSTRACT
Educatif interaction is a fundamental requirement for
learners as social beings. This interaction then make learners easy to get
along with peers in the learning corridor, though in practice many variables
that do not correspond to the expectations the expectations defined as learning
objectives. This is because of the lack of students in the filter to sort and
select Association peers. Based on the results of research by Kusuma Zuhaira
that there is influence the motivation to learn and learning discipline against
the learning achievements (89.5%). The motivation of learning effect on the
achievements of learning subjects (accounting for 62.09%). The discipline of
learning effect on the achievements of learning subjects accounting (48.58%).
PENDAHULUAN
Pendidikan normalnya berkonsentrasi terhadap pengembangan kompetensi
peserta didik sebab peserta didik adalah fokus utama dalam tujuan pendidikan
demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa,
melahirkan warga negara yang berintegritas, berwawasan tinggi, berkarakter,
serta akhlakul karimah. Oleh karena itu pendidikan seyogyanya mampu memberikan
penunjang pembelajaran yang terbaik agar supaya terciptanya suasana
pembelajaran yang aktif, kondusif, dan substantif.
Dalam pelaksanaannya, penddikan Di Indonesia belumlah benar benar berjalan
dengan baik sesuai koridor utama pembentukan kurikulum dan bahan ajar lainnya.
Hal ini dikarenakan oleh aspek aspek pendukung pembelajaran yang belum
terpenuhi seperti fasilitas belajar, design pembelajaran, kompetensi guru,
suasana kelas, dan lain sebagainya.
Guru merupakan kurikulum yang sesungguhnya. Kualitas guru merupakan faktor
paling dominan yang mempengaruhi kualitas pendidikan setelah motivasi yang dia
bangun kepasa peserta didik. Ekosistem dan tuntutan pendidikan yang dinamis
mengikuti perkembangan zaman, mengharuskan perubahan design pembelajaran dan
praktik pemelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Pembelajaran haruslah
menyenangkan, menggairahkan dan mencerahkan. Pergaulan diluar juga merupakan
faktor penting sebab motivasi eksternal murid terbangun cukup kuat didalam pergaulan
diluar kelas. Sekolah bukan lagi tempat penyeragaman namun tempat
menumbuhkembangkan keragaman potensi peserta didik, kegemarannya, cita cita,
bahkan keyakinan pada diri setiap individu peserta didik. Dan hal tersebut
seharusnya menjadi sumber utama kreatifitas dan inovasi dalam penentuan tujuan
pembelajaran yang solutif.
Sekolah adalah suatu lembaga ataupun tempat untuk belajar, membaca,
menulis, bahkan bermain. Sekolah merupakan bagian integral dari suatu
masyarakat yang berhadapan dengan realitas sebenarnya yang terdapat dalam suatu
masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua setelah
rumah untuk peserta didik melatih kepribadiannya, soft skill maupun hard skill
nya. Kognitif, afektik bahkan psikomotorik peserta didik. Jadi, sekolah sebagai
suatu sistem sosial merupakan sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan
membentuk satu kesatuan sosial yang ada dilingkungan sekolah yang kemudian pada
akhirnya membentuk sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar,
umunya bagi nusa bangsa dan agama. Dalam hal ini adalah orang orang terdidik.
Oleh karena itulah sekolah dituntut agar mampu menciptakan suasana yang
harmonis, kondusif serta memberkan sensasi kenyamanan dalam proses pembelajaran
dan dinamika dalam sekolah itu sendiri. Disamping itu sekolah juga dituntut
agar bertanggung jawab secara penuh terhadap perkembangan peserta didik dan
peningkatan mutu pendidikan khususnya dilingkungan sekolah itu berada dengan
memanfaatkan komponen komponen sekolah yang maksmal dalam kehidupan
bermasyarkat secara nyata disekitarnya.
Pesrta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal,
pendidikan informal maupun pendidikan nonformal, pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu. Peserta didik merupakan komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Masing masing peseta didik sebagai individu juga subjek belajar memiliki
karakteristik ataupun ciri ciri tersendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat
pada mamsing masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar peserta
didik tersebut. Dengan kondisi peserta didik yang mendukung maka pembelajaran
dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya pula apabila karakteristik
peserta didik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar
mengajar. Keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh terhadap bagaimana
belajar masing masing individu peserta didik, bagi penulis hal itu juga dapat
mempengaruhi proses belajar masing masing peserta didik dan mempengaruhi proses
pembelajaran secara komprehensif bahkan peserta didik yang lain.
Maka dari itu kondisifitas pembelajaran harus dibangun oleh semua elemen
sekolah agar pengaruh yang dihasilkan pula berdampak positif bagi
keberlangsungan kegiatan pembelajaran. Jika pengaruhnya positif, maka akan
memberikan dampak yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja apabila
dampaknya negatif maka akan terdapat karakterstik atau keadaan dari siswa yang
kurang baik serta berpengaruh buruk terhadap proses pembelajaran. Pada
akhirnya, guru yang menjadi sentral bagi pembelajaran, diharuskan mengetahui
dan mengenal karakteristik peseeta didik bahkan latar belakang pergaulannya
atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada masing masing peserta didik.
Selain daripada faktor faktor diatas yang sudah penulis tulis, faktor lain
yang mempengaruhi pengembaangan potensi dan prestasi peserta didik adalah
pergaulannya dengan teman seoermainan. Pergaulan teman sepermainan dapat
dikatakan mempunyai peranan yang sangat penting sebab peserta didik cenderung
lebih dekat dengan temannya dibandingkan dengan keluaga apalagi dengan tenaga
pendidik. Hanya saja peserta didik pada umumnya belum mampu memfilter
pergaulan, belum mampu secara sadar memilah dan memilih dengan siapa dia
bergaul.
Pada anak usia sekolahan pada umumnya pasti ada dorongan untuk bergaul
dengan orang lain. Hal tersebut sudah menjadi kebutuhan psikologis peserta
didik. Oleh karenanya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, anak tidak
akan merasa bahagia karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang
pastinya membutuhkan bantuan orang lain yang tidak dapat hidup sendiri, perlu
sekali anak didik berinteraksi dengan orang lain supaya terjaganya emosional
yang positif bagi keberlangsungan kegiatan pembelajaran yang ada disekolah.
KAJIAN LITERATUR
Pergaulan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan segala hal yang
berhubungan dengan orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:296)
menerangkan bahwa kata pergaulan berasal dari ‘gaul’ yang berarti hal bergaul,
sedangkan kata pergaulan memiliki arti: ’hal bergaul‘ atau ‘kehidupan
bermasyarakat’.
Pusat Bahasa
(2008: 421), menjabarkan “gaul atau bergaul berarti hidup berteman, sedangkan
pergaulan merupakan perihal bergaul yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat”. Pergaulan merupakan suatu interaksi yang terjadi antara
individu dengan individu atau individu dengan kelompok. Bergaul pada hakekatnya
merupakan suatu kebutuhan dasar manusia dimana terdapat keinginan dan dorongan
untuk menjalin interaksi dengan orang lain. Keinginan bergaul yang terjadi pada
remaja atau anak-anak dimaksudkan untuk mendapatkan perkembangan sosial yang
seimbang pada diri mereka. Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai
dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka.
Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman
sebaya mereka (Desmita,
2005: 219).
Menurut Abdullah
Idi (2011: 83), pergaulan adalah “kontak langsung antara individu yang satu
dengan individu yang lain”.
Menurut Sudarwan
Danim (2010: 139), tentang teman sebaya Teman sebaya berpengaruh penting dalam
perkembangan pikiran, perasaan, dan aspirasi anak sepanjang hidupnya. Pergaulan
teman sebaya menawarkan kepada anak-anak dan orang dewasa kesempatan yang sama
untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial, seperti kepemimpinan,
berbagai kerjasama tim, dan empati. Selanjutnya, anak yang telah masuk ke
lingkungan sekolah akan memiliki pengalamanpengalaman baru, dimana mereka akan
mengenal para guru, teman sebaya, orang dewasa lain, tugas-tugas sekolah dan
lingkungan fisik yang berbeda dengan rumah. Pendapat ini
menekankan bahwa pergaulan dengan teman sebaya berpengaruh terhadap
perkembangan seseorang sejak anakanak hingga tumbuh menjadi dewasa sebagai
salah satu cara untuk membentuk jati dirinya. Teman sebaya bisa dikatakan
sebagai pengganti keluarga ketika seorang anak sedang berada di luar rumah.
Pendapat lain
dikemukakan oleh Slavin, Robert E (2008: 98) bahwa, “teman sebaya merupakan
orang yang mempunyai kesamaan dalam usia dan status”. Dengan kesamaan tersebut
biasanya seseorang merasa sependapat dan selevel dengan pemikiran dirinya.
Dengan demikian, seseorang yang selevel dalam segi usia dan status dengan
dirinya tingkat kesesuaiannya lebih tinggi dari pada dengan orang yang tidak
seusia. Sedangkan menurut Newcomb & Bagwell dalam
Slavin, Robert E (2008: 98), bahwa: Hubungan dengan teman sebaya selama
masa-masa pra sekolah, teman sebaya (anak-anak yang lain mempunyai usia yang
sama) mulai memainkan peran yang makin penting dalam perkembangan sosial dan
kognitif anak-anak. Tidak mengherankan bahwa pergaulan teman sebaya sangat
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak usia sekolah. Anak-anak pada usia
sekolah akan memiliki kecenderungan pada pembentukan kelompok sendiri yang
berbeda dengan usia dewasa. Pembentukan tersebut lebih
didasarkan pada kepemilikan harapan-harapan, kultur, dan kepentingan sendiri
yang berbeda dari apa yang dimiliki oleh usia dewasa, khususnya orang tua.
Kelompok pergaulan teman sebaya merupakan lingkungan kedua setelah keluarga
yang berpengaruh bagi kehidupan anak. Kuatnya pengaruh teman sebaya
mengakibatkan melemahnya ikatan anak dengan orang tua, sekolah, dan masyarakat
yang lain. Seperti yang dipaparkan Selman & Selman dalam Sarlito W. Sarwo
(2012:
161), bahwa:
Pada usia 9-15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang
diikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan,
saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama. Pada usia yang lebih tinggi, 12 tahun ke atas,
ikatan emosi bertambah kuat dan mereka makin saling membutuhkan, akan tetapi
mereka juga saling memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya
masing-masing.
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pergaulan dibagi menjadi tiga yang
lebih dikenal dengan tripusat pendidikan, yaitu:
1.
Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan miniatur dari masyarakat dan kehidupannya
sehingga pengenalan anggota keluarga sedikit banyaknya pasti akan memberikan
warna pada pandangan anak dan kehidupan sosial bermasyarakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
lingkungan keluarga antara lain: status sosial ekonomi, suasana belajar, pola
asuh orang tua, dan dukungan orang tua.
2.
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat dimana anak melakukan kegiatan belajar secara arah
dan terprogram dengan baik. Pergaulan sekolah berati segala kegiatan antara
guru dengan siswa yang meliputi kegiatan pembelajaran, interaksi sosial serta
komunikasi personal antar warga sekolah. Sehingga lingkungan pergaulan sekolah
adalah lingkungan di mana guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar
serta interaksi sosial dan komunikasi personal antar warga sekolah.
3.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang berada di sekitar siswa
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan siswa termasuk mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar. Lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi
antar lain: pola hidup masyarakat, teman bergaul,dan media massa.
Lingkungan
belajar ialah segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar Hutabarat (1986).
Sedangkan Nasution (1993), membagi lingkungan belajar menjadi dua yaitu
lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu,
kelembaban udara, sedangkan lingkungan sosial dapat berwujud manusia dan
representatifnya maupun berwujud hal-hal lain. Prestasi belajar itu salah
satunya dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Menurut Dunn dan Dunn (dalam
Mudhofir, 1999) kondisi belajar dapat mempengaruhi konsentrasi, pencerapan, dan
penerimaan informasi. Senada dengan hal di atas Rachman (1998/1999) menyatakan
lingkungan fisik tembat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil
pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa lingkungan
belajar berpengaruh terhadap hasil belajar.
Indra Djati Sidi (2005:148–150), menegaskan dalam menata
lingkungan belajar di kelas yang menarik minat dan menunjang peserta didik
dalam pembelajaran erat kaitannya dengan keadaan lingkungan fisik kelas,
pengaturan ruangan, pengelolaan peserta didik dan pemanfaatan sumber belajar,
pajangan kelas, dan lain sebagainya.”
Indra Djati Sidi (1996) dalam Cope (No. 02 tahun VI Desember 2002
: 36), menegaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, setiap
pembelajar harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, suasana
interaksi pembelajaran yang hidup, mengembangkan media yang sesuai,
memanfaatkan sumber belajar yang sesuai, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan lingkungan belajar di kelas yang
kondusif. Agar pembelajaran benar-benar kondusif maka pembelajar mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran tersebut. Di
antara yang dapat diciptakan pembelajar untuk kondisi tersebut adalah
penciptaan lingkungan belajar. Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni
(2006:82-84), adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses
pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam
proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga peserta didik merasa
kerasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan
karena tekanan ataupun keterpaksaan.
Menurut Ormrod (2006)
untuk menciptakan peserta didik belajar maka perlu diciptakan lingkungan
sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk
belajar peserta didik berprestasi serta membangun pengetahuannya sendiri. Ada
beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar
(Burstyn & Stevens dalam Ormrod, 2006), yaitu:
·
Sekolah mempunyai
komitmen untuk mendukung semua usaha peserta didik agar sukses baik dalam
bidang akademik maupun sosial.
·
Adanya kurikulum yang
menantang dan terarah.
·
Adanya perhatian dan
kepercayaan peserta didik serta orang tua terhadap sekolah.
·
Adanya ketulusan dan keadilan
bagi semua peserta didik, baik untuk peserta didik dengan latar belakang
keluarga yang berbeda, beda ras maupun etnik.
·
Adanya kebijakan dan
peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang baik, konsekuensi
yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial
serta kemampuan menyelesaikan masalah.
·
Adanya partisipasi
peserta didik dalam pembuatan kebijakan sekolah.
·
Adanya mekanisme
tertentu sehingga peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya Secara terbuka
tanpa rasa takut.
·
Mempunyai tujuan untuk
meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi, Membantu dan bekerja
sama.
·
Membangun kerja sama
dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
·
Mengadakan kegiatan
untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan peserta
didik.
Slameto (2010:73) mengemukakan
bahwa cara belajar yang buruk merupakan
penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih
prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai
tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi
karena mempunyai cara belajar yang baik. Faktor ekstern yang berpengaruh
terhadap berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah
lingkungan keluarga (Slameto, 2010:60). Lingkungan keluarga merupakan pengaruh
pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang.
Faktor lingkungan keluarga pernah diteliti secara parsial, Khafid dan Suroso
(2007) dalam jurnal penelitiannya menyatakan lingkungan keluarga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan Sejatiningtyas (2009)
yang menyimpulkan ada
pengaruh lingkungan keluarga
terhadap prestasi belajar siswa.
Sugihartono dkk (2013: 76), menyebutkan terdapat 2 faktor yang mempengaruhi
belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal adalah faktor
yang ada di dalam individu. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan
faktor psikologi. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh,
sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kelelahan. 2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di
luar individu. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
PEMBAHASAN
Homo homonilupus atau manusia
adalah teman bagi manusia lainnya merupakan istilah yang diutarakan oleh
seorang filsuf berlatar belakang ekonomi, Adam Smith yang kemudian dapat kita
alih bahasakan sebagai representasi dan dalih
dalam perjalanan kehidupan kita sebagai makhluk sosial untuk pergaulan.
Baik buruk, suka duka, tawa dan tangis, menjadikan warna ntuk segala kehidupan
pembelajaran kita sebagai makhuk educatif. Pergaulan merupakan kebutuhan setiap
individu kususnya peserta didik. Sebab motivasi terbesar dalam pembelajaran ada
pada lingkungan tempat bermain.
Didalam kehidupan sosial,
seseorang dituntut untuk melakukan interaksi dengan pergaulannya dengan
berbagai pihak. Contohnya peserta didik saat berada didalam lingkungan
keluarga, dia berinteraksi dengan ibu, ayah, adik, dll. Berbeda dengan dia saat
berada dalam lingkungan sekolah, orang yang dijumpainya merupakan teman sebya
yang sama sama berstatus pelajar dan guru. Saat berada dalam lingkungan pergaulan,
seorang peserta didik akan mendapatkan hal hal baru yang seelumnya belum dia
keahui sebab dalam bergaul peserta didik akan sama sama dengan temannya sharring session dan bahkan sampai ke
tahap transfer of knowladge. Sebab
dalam proses interaksi dalam pergaulan, peserta didik masih mempertahankan
enersi kuriositasnya sebab itu merupakan originalitas seorang pelajar.
Pergaulan dapat bernilai
paedagogi (pergaulan yang bernilait pendidikan) dan bernilai non paedagogis
(tidak bernilai pendidilan). Pergaulan yang tidak bernilai pendidikan juga
sebenarnya tidak selalu memberikan dampak yang buruk bagi peserta didik,
terkadang pergalan tersebut asalkan peserta didik mampu memfilterisasi
pergaulan yang kurang baik bagu nya akan selalu bermanfaat bagi perkembangan pemahaman peserta didik. Pergaulan tersebut
terkadang disebut oleh penulis sebagi pergaulan demagogis atau pergaulan yang
hanya akan membawa dampak buruk bagi seiap orang yang terlibat didalamnya.
Terkadang pergaulan juga dapat
menimbulkan cita cita meskipun tidak selalu permnnen. Artinya, dalam pergaulan
yang dihadapi peserta didik banyak sekali manfaatnya bahkan sampai ke cita cita
sebab dalam pergaulan tersebut, timbul efek imitasi atau tindakan meniru
terhadap apapun yang dia sukai atau digemari. Contohnya, seorang anak secara
rutin melihat suoer hero ditelevisi, anak akan secara tidak langsung akan
menstimulus pemikirannya merefleksi kegiatan pahlawan fiktif tersebut sehingga
melakukan kegiatan yang sama dalam kegiatannya bergaul atau bermain. Hal tersebut
tidak terlepas dari kodrat manusia sebagai makhluk yang gemar melakukan meniru
terhadap sesuatu yang digemari.
Faktor pergaulan teman sebaya
juga akan menentukan efektifitas dan kondusifitas dalam kegiatan
pembelelajaran, teman yang baik akan membawa enersi kuriositas yang tinggi
begitupun sebaliknya apabila temen sebaya dan pergaulannya kurang baik juga
akan mempengaruhi motivasinya akan pentingnya belajar. Lebih jauh lagi peserta
didik akan semakin terganggu psikologisnya hanya karena mempunyai masalah
dengan pergaulan.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yang kemudian penulis formulasikan
sebagai bentuk fleksibilitas penyelesaian permasalahan yang menghambat proses
belajar, suasana kelas, motivasi dan prestasi peserta didik. Diantara faktor
tersebut adalah:
1.
Faktor Internal
Merupakan faktor yang dalam individu itu sendiri. Adanya
dorongan untuk memotivasi diri sendiri serta hasrat kuriositas dan enersi
intelektual peserta didik. Dalam hal berprestasi, faktor internal ini merpakan
dorongan atau motivasi dalam diri peserta didik untuk berprestasi. Seperti
fokus perhatian terhadap mata pelajaran rerkhusus mata pelajaran yang paling
dminatii, menghalau semua masalah maslaah pribadi, menerima dan mengingat
pembelajaran bahkan peserta didik harus mampu menerapkan hasil proses belajar
tersebut, serta menggeneralisir persoalan persoalan lainnya yang menghambat
motovasinya dalam belajar.
2. Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik.
Seperti sarana pra sarana, tenaga pendidik, fasilitas sekolah, media pembelajara
yang kurang kreatif dan invatif, faktor lingkungan. seperti lingkungan kelas,
sekolah, keluarga dan masyarakat termasuk teman sebaya.
Pengaruh pergaulan teman sebaya
dalam proses pembelajaran juga membuat siswa sulit untuk dokus belajar karena
faktor masalah yang dihadapinya dengan teman sebaya tadi. Terkadang dalam
kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik mengibrol dengan peserta didik
lain yang mengjaknya ini justru akan menghambat efektifitas dan kondusifitas
pembelajaran didalam kelas. Selain itu juga ada siswa yang membuat kelompok
kelompok tertentu didalam satu kelas. Oleh karena itu pergaulan teman sebaya
sangat berpengaruh dalan proses kegiatan pembelajaran khususnya efektifitas dan
kondusifitas pembelajaran didalam kelas.
Disamping menghambat
efektifitas dan kondusifitas kegitan pembelajaran, pergaulan juga mempengaruhi
prestasi peserta didik. Hal ini jelas berpengaruh sebab pesesrta didik akan
terhambat motivasinya untuk benar benar serius dalam belajar. Seperti yang
sudah penulis sampaikan bahwa pergaulan yang baik akan membawa dampa yang baik
terhadap minat belajar, motivasi belajar, bahkan prestasi peserta didik.
Dalam penelitian yang ditulis
dalam dalam jurnal skripsi oleh saudari Retno Singga Dewi menunjukan bahwa
lingkungan teman sebaya berpengaruh terhadapn hasil belajar siswa SMA Negeri
Semarang sebesar 18%. Faktor lainnya tidak lain adalah motivasi belajar peserta
didik menurun karena merosotnya efektivitas dan kondusifitas proses
pembelajaran. Disamping itu, juga media pembelajaran yang kurang efektif dan
kreatif. Kurang optimalnya motivasi siswa juga dapat dilihat dari peserta didik
terkadang jarang mau bertanya kepada guru terkait pelajaran, peseta didik lebih
terkait membicarakan hal lai seperti perkembangan media maya, issue issue yang
sedang hangat dalam media publik serta membicarakan teman sebaya laiinya yang
tidak tergabung dalam kelompoknya.
Peserta didik akan mendapatkan
hasil belajar yang optimal atau berprestasi apabila dalam diri peserta didik
itu sendiri mempunyai kemauan untuk berprestasi. Selain itu hasil belajar yang
optimal akan terapai sesuai tujuan pembelajaran apabala faktor lain untuk
mendorong peserta didik selalu bersemangat dalam belajar, yaitu faktor
pergaulan teman sebaya yang mendukung.
SIMPULAN
Sekolah merupakan bagian
integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan realitas sebenarnya yang
terdapat dalam suatu masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan
lingkungan kedua setelah rumah untuk peserta didik melatih kepribadiannya, soft
skill maupun hard skill nya. Kognitif, afektik bahkan psikomotorik peserta
didik. Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan sekumpulan elemen
kegiatan yang berinteraksi dan membentuk satu kesatuan sosial yang ada
dilingkungan sekolah yang kemudian pada akhirnya membentuk sesuatu yang
bermanfaat khususnya bagi masyarakat sekitar, umunya bagi nusa bangsa dan
agama. Dalam hal ini adalah orang orang terdidik. Oleh karena itulah sekolah
dituntut agar mampu menciptakan suasana yang harmonis, kondusif serta memberkan
sensasi kenyamanan dalam proses pembelajaran dan dinamika dalam sekolah itu
sendiri.
Menurut Slameto (2010:73)
mengemukakan bahwa cara belajar yang
buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai
tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya
kurang pandai tetapi mampu meraih
prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Faktor ekstern
yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar
adalah lingkungan keluarga (Slameto, 2010:60). Lingkungan keluarga merupakan
pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan
seseorang. Faktor lingkungan keluarga pernah diteliti secara parsial, Khafid
dan Suroso (2007) dalam jurnal penelitiannya menyatakan lingkungan keluarga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan Sejatiningtyas (2009) yang
menyimpulkan ada pengaruh
lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa
Faktor pergaulan teman sebaya
juga akan menentukan efektifitas dan kondusifitas dalam kegiatan
pembelelajaran, teman yang baik akan membawa enersi kuriositas yang tinggi
begitupun sebaliknya apabila temen sebaya dan pergaulannya kurang baik juga
akan mempengaruhi motivasinya akan pentingnya belajar. Lebih jauh lagi peserta
didik akan semakin terganggu psikologisnya hanya karena mempunyai masalah
dengan pergaulan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik yang kemudian penulis formulasikan sebagai bentuk fleksibilitas
penyelesaian permasalahan yang menghambat proses belajar, suasana kelas,
motivasi dan prestasi peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Wisudo, Bambang, dkk. 2017. Mengajar Untuk Perubahan (Pedagogi Kritis di
Ruang Kelas). Malang: Intrans Publishing
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta; jl jend
Sudirman. Kav 36-A. Rineka Cipta
Johar, Rahmah dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor Faktor yang
Mempengaruhinya. Surabaya. Rineka Cipta
Johantoro. 2013. Pengaruh Efektifitas Belajar Dan Kondusifitas Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi Di Smk Pgri Batang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi.
Semarang. Universitas Negeri Semarang
Dina, Ariska S. 2017. Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya dan Metode
Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kompetisi Keahlian Administrasi
Perkantoran SMK Muhammadiyah 1 Tempel. Skripsi. Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta
Wicaksono, Okky. 2014. Hubungan Antara Teman Sebaya dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Jendral Sudirman, Kecamatan Sempor, Kabupaten
Kebumen. Yogyakarta. Universitas Ngeri Yoguakarta
Zuhaira Laily Kusuma, Subkhan.
2014. Pengaruh Motivasi Belajar Dan
Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa
Kelas Xi Ips Sman 3 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014. Semarang. Universitas Negeri Semarang
Rahayu, Septiana. 2017. Pengaruh Lingkungan Teman sebaya dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Ekonomi Siswa Kelas X IIS SMAN ! Sewon Tahun Ajaran 2016/2017.
Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta
Stirling, Diana. 2013. Motivation On Education. France. Learning Development Institute
0 komentar:
Posting Komentar