Invasi Corona: Sampai ke Masjid?

(WS Triyana: Republic Of Rongokerism)
.
.
.


Akhir-akhir ini, kacamata polemik di Indonesia seolah tertuju pada satu diskursus baru yaitu epidemiologi: Wabah Virus Corona, Invasi Virus dari Negeri China.


Beberapa bulan lalu, dunia dihebohkan dengan munculnya Virus Corona (Covid-19) di Wuhan, China. Konon katanya virus itu berasal dari makhluk nokturnal, kelalawar yang invasinya melalui makanan hewan ternak yang dikonsumsi oleh masyarakat. Pergerakannya bukan main! Hanya butuh kurang dari 2 bulan saja, pemerintah Indonesia langsung mengambil langkah lockdown sebagian institusi, khususnya institusi pendidikan guna menekan angka korban virus tersebut mengingat sudah 369 data terbaru kasus tersebut menurut CNN se-per 20 Maret 2020 (yg belum terdetect mungkin lebih banyak) dan masih bertambah setiap waktunya. Kondisi semakin parah karena korban terus bertambah bahkan sudah ada yang meninggal sebanyak 32 orang (lihat: https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200320124931-20-485289/update-corona-20-maret-369-kasus-32-meninggal-17-sembuh)  sementara masyarakat bebal, sudah tau virus itu berbahaya masih aja tamasya:). pelayanan publik bobrok (tapi kita gabahas ini kok), rakyat resah, ngeluh, dan berusaha sabar serta mengisolasikan diri di rumah sesuai dengan instruksi presiden.

Seperti sebuah tradisi yang ada di Indonesia, selalu terjadi polarisasi dalam hal apapun (dalam konteks ini pro & kontra virus corona) yang pro bilang: ini musibah kita kudu waspada! beli masker sebanyak banyaknya!  beli sanitizer sebanyak-banyaknya! Jangan pegang sembarangan! Jangan salaman tangan! Isolasi diri dirumah! Jangan liburan! Jangan mudik, dasar udikk! Yang contra bilang: ini konspirasi elite global soal perang dagang internasional! Ini uji coba senjata di China ini! Coba bayangin Indonesia lagi banyak masalah, ada KPK, RUU PKS, RUU Ketahanan Keluarga, RUU CILAKA dll, bisa-bisnaya pemerintah ini yah! saya punya tuhan, saya gatakut sama virus, virus kecil dimata tuhan (orang orang Fatalistik/Jabariyah biasanya begitu). Alih-alih demikian saya kira terlalu naif apabila kita kaitkan wabah ini dengan hal-hal yang negatif seperti konspirasi, dll. Terlepas dari kebenarannya seperti apa, tapi wabah tetaplah wabah, musibah tetaplah musibah. Sebagai makhluk beragama, sebaiknya kita sama-sama tawakkal, meminta pertolongan kepada Allah SWT agar masalah ini cepat terselesaikan. Amin

Beberapa minggu lalu, medsos dibuat viral oleh satu postingan di Instagram, dalam postingan tersebut terdengar seorang muadzin yang sedang mengumandangkan adzan sholat Jumat, namun ketika sampai pada lafadz "hayya alassholaah" menggantinya -yang artinya- "sholatlah kalian di rumah masing masing" (muadzin: menangis), seiringan dengan hal tersebut pada tanggal 16 maret 2020, Majelis Ulama INDONESIA (MUI) mengeluarkan fatwa nomor 14 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19 yang kemudian banyak disoroti masyarakat muslim Indonesia sebagai anjuran sholat wajib di Rumah termasuk ibadah Sholat Jum'at khususnya orang yang positif terkena virus dan orang yang terindentifikasi terpapar virus tersebut.

Covid-19: Takut Masuk Mesjid
Sukabumi, (20/03) - tepat pada pukul 10.30, bersenandung merdu murotal Qur'an khas milik Syeikh Mishari Alafasy di toa mesjid Al-Muhajirin, Kp Muara, Desa KebonManggu, Kecamatan GunungGuruh, Kabupaten Sukabumi, 10 KM jaraknya dari pusat kota Sukabumi (masih DISKOTIK: Disisi Kota Saetik/tidak jauh dari kota)
Pada pukul 11.05 saya bersiap-siap dan bergegas ke masjid untuk melaksanakan sholat jum'at. Seolah lupa ada fatwa MUI, saya dikejutkan dan kebingungan sendiri setelah teman saya bertanya "mau kemana?" dalam hati saya jawab "kan mau jumatan, gimana sih". "Sholat di rumah aja, kan instruksinya gitu dari MUI". lanjut temanku tadi. Masalahnya begini: beberapa waktu lalu, setelah adanya fatwa MUI yang beredar di grup-grup WhatsApp saya langsung baca dan itu sifatnya anjuran bukan larangan, lagipula ditempat saya ini kan belum ada yang terindentifikasi. Logikanya gini masyarakat sini pada sibuknya bertani, ngeladang, kerja di pasar dll. Tidak menafikan memang, segala kemungkinan pasti terjadi tapi presentase nya sangat kecil, di Sukabumi saja baru ada yang positif cuma 1 (walaupun ini juga jadi kekhawatiran sih, apalagi ada temen yang baru pulang dari Jepang. Jadi was-was). Intinya, pada saat itu saya menghiraukan teman saya dan memutuskan pergi ke masjid untuk memastikan "jumat kali ini libur apa enggak ya?"
Tetiba disana ternyata......
Jama'ah sudah banyak memenuhi area masjid. "Alhamdulillah...."

Singkat cerita, khatib berdiri di belakang mimbar mengucapkan salam, dan dijawab. Sebelum berkhutbah Jum'at, sang khatib yang juga merupakan seorang anggota DPRD Kabupaten Sukabumi itu menyampaikan informasi terkait Covid-19/Virus Corona, ciri ciri orang yang positif, dan cara pencegahannya kepada Jama'ah sholat Jumat. Setelah muadzin adzan, khotib mulai berkhutbah tentang Revolusi Industri 4.0, bahwasanya zaman semakin berubah terus mengalami transformasi, beringin dengan itu pula, hal-hal yang bersifat instan mendominasi metode dan alat-alat kuno, hal ini berpengaruh bukan hanya pada pelaksanaan -etos kerja sosial- taraf hidup manusia kuno/kolot yang serba tradisional tetapi juga berpengaruh pada pola fikir/mindset dan ideologi.

Transformasi ini berdampak pada taraf hidup masyarakat muslim yang terdoktrinisasi oleh kebudayaan dan ideologi barat yang berbahaya seperti sekulerisme, liberalisme, feminisme dll. Singkatnya, semakin zaman berubah, semakin bebas pula paham-paham (isme) yang bermunculan dan membahayakan ukhuwah islamiyah, kenapa? Karena semakin bebas berfikir, semakin mudah mendoktrin, semakin mudah mendokrin, semakin mudah orang terdoktrin dan berujung pada terkikisnya empati seorang muslim terhadap sesama muslim, kita lihat misalnya ada banyak sekali fenomena "pen-diskreditan islam" terjadi di banyak tempat, tetapi karena kurangnya empati, seolah islam tidak berdaya dihadapan orang kafir, dicaci, disiksa, didzolimi seakan bukan hal yang aneh dan (na'udzubillah semoga ini hanya persepsi) terasa begitu lumrah karena degradasi ukhuwah islamiyah yang secara gradual terus terjadi, terencana dan sistematis.

Pembahasan selanjutnya mengenai polemik Corona yang sudah mewabah ke seantero Indonesia. Ada yang mengatakan wabah ini adalah konspirasi, diamini ataupun tidak, rasa-rasanya terlalu naif jika kita katakan hal tersebut, tetapi apabila disetujui pula pembenarannya ini adalah konspirasi yang tidak terkontrol. Karena yang membuat konspirasi pun tidak dapat mengendalikan wabah ini sampai terjadi fenomena seperti sekarang ini. Wallahu a'lam....

Terakhir, khotib menyerukan kepada Jama'ah Sholat Jum'at untuk bertawakkal, meningkatkan kualitas takwa,  serta selalu bermunajat kepada Allah SWT. Mungkin ada baiknya juga kita kembali ke revolusi industri 0.1, artinya kembali kepada Allah (Alquran) dan Rasul (Hadits) maksudnya agar jangan terlalu berleha-leha dan terus diam di zona nyaman kejumudan dan kekufuran, sebagaimana firman Allah SWT:
..... وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِين

..... Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-Baqoroh:2/195)

Singkatnya, semua kegiatan sholat Jum'at terlaksana dengan baik dan lancar, tidak ada hambatan apapun. Masyarakat di daerah saya bukan masyarakat tradisional juga tidak terlalu modern (mungkin sedang tahap transisi) sehingga mengenai praktik peribadatan di tengah epidemi ini seolah masyarakat tidak resah/tidak menampakkan keresahannya. Mungkin karena mindsetnya: merasa mempunyai tubuh kuat, stamina terjaga, dan rajin berolahraga sehingga corona mana bisa masuk kedalam tubuh manusia luar biasa, hehe. Atau mungkin daerah saya sudah islami sehingga Corona mana berani menghampiri, karena takut sama ilahi, kalo maksa masuk bisa bisa islami juga corona nya. Yhaaaa:V

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.  Tetep santuy and stay cool. InsyaAllah semua masalah bisa diatasi, semoga indonesia kedepan selalu dilimpahi keberkahan dan terus mengalami kemajuan. Amin....

Terkait dengan tulisan ini, tidak riil semua dari khotib jumat, tetapi penulis alih bahaskan dan terjadi penambahan - pengurangan sehingga apabila ada diantara antum semua yang membaca dan ikut terlibat dalam prosesi sholat jumat di masjid yang sama, dan berbeda interpretasi saya berharap kemaklumannya karena yang saya cantumkan bukan semata dari khatib. Sekali mohon maaf apabila banyak kekurangan, kelebihan semata karena Allah SWT.
.
.
.
Ada yang kelewat gais, jadi setelah saya sholat Jum'at Berjama'ah (ditutup dengan doa bersama dan sholat sunnah rowatib) saya bergegas pulang karena lapar, makan, nulis artikel gajelas ini (tapi semoga dengan ketidak jelasannya bisa bermanfaat, amin) dan selesai pada pukul 16.00 WIB saya teringat akan satu hal: ada UTS Daring dikumpulkan paling telat pukul 17.00 atau 1.40 menit. Gokil kan?
Semua gara-gara Corona. Awowkawok

Oke, sekian, dan terima kasih!
.

.
.
.
Tertanda,
(penulis yg dituduh corona)
WS Triyana
SHARE

Dewana R Triyana

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image

0 komentar: