Pendidikan
Alternative Sebagai Lentera Peradaban Masyarakat Primitif Dalam Upaya
Merefleksikan Tendensitas Manusia Budaya Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Oleh: Wandi
Sugih Triyana
Industri 4.0 adalah nama tren otomatis dan
pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah “Industrie 4.0”
diangkat kembali di Hannover Fair tahun 2011. Pada oktober 2012 , Working Group
on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi
pelaksanaan industry 4.0 kepada pemerintah federal Jerman. Anggota kelompok
kerja industri 4.0 diakui sebagai bapak pendiri dan perintis industry 4.0.
Revolusi Industri generasi keempat ini ditandai
dengan kemunculan supercomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi,
editing genetic dan perkembangan neuteknologi yang memungkinkan manusia untuk
lebih mengoptimalkan fugsi otak.
Akan banyak pekerjaan hilang digantikan dengan robot
atau kecerdasan buatan karena banyak bidang pekerjaan baru yang muncul. Untuk
menghadapinya, pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk mengikiskan
berbagai analisa kedepan. Tantangan pendidikan kedepan adalah bagaimana
menyiapkan sumber daya manusia yang tidak akan tergantikan olehn mesin atau
kecerdasan buatan tersebut. Tentunya, pola pendidikan lama kini kurang relevan untuk
diterapkan pada generasi zaman now yang terkena dampak langsung distruptif
teknoogi.
Asal Mula:
1920an (gerakan baru pendidikan di US dan Eropa)
·
Jhon Dewey
(Filsuf, pemikir pendidikan)
Falsafah pendidikan
yang mementingkan individu. Menurutnya, tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan bagi perbuatan nyata dalam kehidupan, oleh karena itu, filsafat
pendidikan harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta mengolah
pengalaman tersebut secara kritis. Sehingga didalam ilmu pendidikan ia
menganjurkan teori dan metode learning by doing.
·
Steiner/Waldorf
Mengembangkan
pendidikan yang menekankan pada ekspresi kreatif, nilai nilai social dan
spiritual.
·
Montessori (Dr.
Maria Montessori, pendidik dari italia)
Sentral dari metode
Montessori adalah kesenangan dalam belajar. Kelas diatur berdasarkan mata
pelajaran. Ciri metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan, diri
pada anak dan pengamatan klinis guru. Metode ini menekankan pentingnya
penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan
peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dalam keterampilan
praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi
diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.
Tahun 1960an
·
Pendidikan
alternative sebagai respon dari krisis sosial
Jhon
Coldwell Holt (Pendidik & Penulis pendukung konsep Homeschooling asal
Amerika) berkeyakinan bahwa anak-anak yang dilengkapi dengan lingkungan belajar
yang luas dan menarik akan membuat anak siap untuk belajar. Selain
itu, anak-anak tidak perlu dipaksa belajar karena anak akan melakukannya
secara alami jika diberi kebebasan untuk mengikuti kepentingan mereka sendiri
dengan berbagai macam sarana dan sumber belajar.
Sejak itu konsep homeschooling (pendidikan
alternative) terus berkembang ke negara-negara eropa dengan konsep yang juga
berkembang dari waktu ke waktu. Masyarakat pun mulai ikut mengikuti karena
sebagian menganggap pendidikan formal di sekolah cenderung stagnant.
·
Freedom School sebagai
sekolah alternative diluar sekolah
public biasanya dibuat atas kritik terhadap sekolah pemerintah. Freedom
Schools adalah sekolah sementara,
alternatif, dan gratis untuk Afrika Amerika yang sebagian
besar berada di Selatan . Mereka
awalnya bagian dari upaya nasional selama Gerakan Hak Sipil untuk
mengatur Afrika Amerika untuk mencapai kesetaraan sosial, politik dan ekonomi
di Amerika Serikat . Contoh
paling menonjol dari Freedom Schools adalah di Mississippi selama
musim panas 1964.
·
Education within school systems atau sekolah terbuka yang ada disekolah pemerintah
untuk melayani siswa dengan kebutuhan tertentu.
Tahun 1980an – Sampai Sekarang
·
Pendidikan
informal adalah pendidikan yang dilakukan dalam keluarga atau lingkungan. Pendidikan
ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas anak pada masa yang akan datang.
Pendidikan informal ini selain sebagai pendidikan dasar, juga berfungsi sebagai
proteksi terhadap pengaruh negative globalisasi. Wilson (1986) dan Little
(1998), (dalam Joko Sutarto2007:3).
·
Gerakan
pendidikan alternative menjadi sangat sempit yaitu untuk mendidik anak anak
yang bermasalah atau ‘at risk children/youth’ (large & Sletten, 2002,
Nagata, 2007)
Pada dasarnya pendidikan kesetaraan
memiliki tugas yang mulia, yakni memberdayakan umat manusia sehingga mampu
mengaktualisasikan diri secara penuh dalam kehidupan bermasyarakat. Karena
itulah orang yang menempuh pendidikan kesetaraan diharapkan mampu memberikan
output yang baik terhadap sesama manusia dan lingkungan, serta diharapkan dapat
mencetak moral yang baik pula. Sejarah pendidikan kesetaraan di setiap bangsa
banyak mengalami perubahan, seiring dengan perjalanan bangsa itu sendiri,
termasuk Indonesia.
Pendidikan kesetaraan hadir sebagai
pendidikan alternative agar supaya masyarakat yang belum menjamah pendidikan
formal masih dapat kesempatan yang sama yang secara komprehensif mampu membawa anak
putus sekolah dapat melanjutkan sekolahnya. Pendidikan kesetaraan hadir sebagai
media pelayanan pendidikan nonformal untuk anak yang putus sekolah atau putus
lanjut, mensukseskan program pemerintah tentang wajib menempuh pendidikan 9
tahun dan 12 tahun (pendidikan menengah universal), meningkatkan pengetahuan,
keterampilan serta menumbuhkan sikap Percaya Diri sehingga memiliki kemampuan
yang sama dengan anak yang mempu pendidikan formal, membekali anak dengan sikap
Percaya Diri dengan keterangan fungsional untuk kemandirian, membekali sikap
Percaya Diri untuk meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi/meningkatkan
kariernya.
0 komentar:
Posting Komentar